Sabtu, 20 Oktober 2012

Belajar pada Panca Indera (part1)

Ketika udara yang menyeruak dalam kota yang penuh sesak ini, aku lega  seolah ada sedikit angin segar yang siap menghalau kesesakan secara sempurna atau sedikit sempurna lebih tepatnya. Aku rindu bahkan bermimpi untuk hidup dan bernapas, hidup dalam kealamian, bernapas dalam kemurnian dimana semua hal terjadi secara alami, tanpa ada rekayasa. Sungguh indah bila hidup penuh apa adanya, tanpa rekayasa, tanpa ada lekuk palsu, tanpa ada terpaksa. Kau bisa hirup udara tidak setengah-setengah, kita bisa berjalan dengan dua kaki, dan kita bisa memfungsikan panca indera kita dengan sempurna. Itulah kemurnian ilahi yang seimbang dan dicipta untuk digerakkan. Mereka si panca indera bisa bersinergi satu sama lain, bisa saling mengirimkan pesan untuk siapa yang akan bertugas, tugas selanjutnya selanjutnya dan selanjutnya. Mereka berbeda dan berjarak, tapi seperti yang pernah ditulis oleh Mbak Dee si penulis Supernova, Filosofi Kopi dll "bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak?" Bukankah si panca indera itu berjarak dan berbeda, mereka punya tujuan masing-masing, lalu kenapa mereka bisa bersinergi secara sempurna? Bisa bekerja sama secara baik? Bisa menjadi partner yang mungkin tidak dimiliki oleh komplementer jenis lainnya. Pada akhirnya mereka bisa menjadi analogi bagi pentingnya keselarasan, keseimbangan dan mewakili si A,B,C,D dst.

Dan bukankah itu karena mereka memiliki satu visi, satu misi? Bukankah visi misi akan membawa kita pada tujuan yang sama?

Yahh belajarlah pada panca indera...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar